Tulisan ini sebetulnya iseng aja mengulas perjalanan 1
bulan ke belakang, walaupun saya bukan story teller yang ulung tapi saya
mencoba untuk menjadi pribadi yang senantiasa memperbaiki diri dari waktu ke
waktu dengan selalu mengambil pelajaran dari berbagai momen yang terjadi di
dalam kehidupan dan kebetulan momen sekarang yang lagi booming yaitu tentang
bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri 1437H. Pasti ada aja lahh pengalaman di
kedua momen ini di setiap tahunnya, sebelum maupun sesudahnya…. Dan inilah
cerita saya….
CHAPTER 1
RAMADAN
Dimulai dari bulan Ramadan, seperti tahun-tahun
sebelumnya, saya menjalankan ibadah puasa di kampung tercinta, Desa Garawangi
Kabupaten Kuningan. Kuliah sudah libur semenjak berakhirnya UAS di awal Mei, masuk
lagi sekitar pertengahan Agustus dan kebetulan nilai UAS akan diumumkan
sebentar lagi, tanggal 12 juli, semoga target IP semester sekarang bisa
tercapai yaaa. Aminnn…..
Ahhh…bulan Ramadan sekarang terlalu manis untuk
ditinggalkan sepertinya. Gimana enggak coba, saya begitu drastis melakukan
ibadah di Ramadan kali. Semua target yang saya pasang untuk 1 bulan
mayoritasnya tercapai
Puasa FULL
Sahur FULL
Taraweh absen 1X
ketika bukber sama anak-anak X-Cihuy
Sholat FULL
Tadarus FULL
Sholat Shubuh Berjamaah absen 3X
Ketika nyuci pakean dan perabot waktu ibu lagi sakit,
adu penalti Portugal vs Polandia dan Italia vs Jerman
Sebelum Ramadan datang, saya memang membuat sebuah
ceklis untuk dapat mengevaluasi sejauh mana pencapaian di bulan Ramadan kali
ini untuk dapat menjadi acuan di bulan-bulan yang lain dan Ramadan yang akan
datang. Semoga kita semua dipertemukan kembali dengannya, Aminnn……
Saya menceritakan ini sebetulnya sedih juga harus
berpisah dengan bulan suci yang pahalanya berlipat-lipat, bulan diklat untuk
mengontrol hawa nafsu, bulan diet yang paling barokah, dan bulan dengan segala
berjuta-juta rahmat dan ridho dari Allah SWT. Sisi sedihnya adalah ketika saya
tidak mampu mengamalkan apa yang sudah saya tamatkan di bulan Ramadan, tidak
dapat saya aplikasikan di bulan-bulan lainnya.
Saya juga berpikir bahwa mungkin ketika saya sudah
bekerja nanti, mungkin saya tidak seleluasa seperti sekarang libur kuliah pas
Ramadan dipake khusyuk untuk ibadah, saya ambil sisi positifnya aja bahwa
selagi ada kesempatan maka harus dimaksimalkan.
Ramadan kali ini begitu penuh dengan rentetan hiasan
kenangan, dimulai dengan kedua kalinya menjadi bilal waktu taraweh di Mushola
Nurul Islam, tempat dimana saya biasa sholat berjamaah, terus menikmati
keindahan Ramadan ditemani kompetisi Copa America Centenario di USA dan UEFA
EURO di Perancis, Ikut seleksi untuk menjadi delegasi UPBJJ Bandung untuk
Disporseni UT di Surakarta dan beberapa momen lainnya yang tak bisa saya
ceritakan satu-satu termasuk mama yang jatuh sakit sampe berlarut-larut. Cepet
sembuh ya maaaa……!!!
Ramadan tahun ini saya manfaatkan dengan memanjatkan
beberapa harapan dan cita-cita untuk ke depannya di hadapan Allah SWT
bahwasannya semoga target nilai semester 6 tercapai, dilancarkan TAP dan Karil
untuk semester depan, lebih mahir lagi ber-Bahasa inggris, kuliah yang tinggal
1 tahun lagi semoga bisa lulus tepat pada waktunya dan semoga bisa langsung
melanjutkan S2 mengambil konsentrasi Perencanaan Tata Guna Lahan dan
Perencanaan Lingkungan di Amerika dengan bekal beasiswa LPDP atau Fulbright.
Besar harapan saya kepada Tuhan YME, Allah SWT untuk mengabulkan doa saya dan
haqul yakin doa-doa saya di bulan suci ini dapat diijabah sepenuhnya. Aminnn….
THE END OF RAMADAN
Waktu begitu cepat berlalu, hingga tak terasa hari nan
fitri pun akan segera tiba. Teman-teman yang bekerja di kota pun pada mudik. Di
sela-sela akhir Ramadan saya sempatkan untuk kumpul-kumpul dengan mereka
termasuk bukber X-Cihuy di RM. Ali Action Taman Kota Kuningan di H-2 menjelang
lebaran. Walaupun hidangan hanya dengan ayam goreng, tapi kami sangat menikmati
momen kebersamaan itu. Tak ada hal yang manis selain kebersamaan yang terjalin
kembali. Hanya 2 orang yang absen waktu itu, Cucu yang sedang bekerja di Ria
Busana dan Toni yang memutuskan untuk lebaran di kota. Sangat disayangkan
memang namun harus gimana lagi, satu hal yang tak bisa dipaksakan.
LEBARAN
Gaung takbir menggema sesaat setelah buka puasa di
akhir Ramadan dan menandai akan tibanya hari kemenangan. Satu hal yang
disayangkan oleh saya waktu itu ialah tidak bisa ikut takbir keliling maupun
takbir di mushola, badan tiba-tiba meminta untuk segera beristirahat dan saya
memutuskan untuk tidur saja waktu itu, saya juga mengurungkan niat sama
teman-teman yang mengajak main PS3 di Rental A Andri.
Pagi hari saya langkahkan kaki ke masjid Nurul Huda
Desa Garawangi untuk melaksanakan sholat Ied, disaat mama terbaring di Kasur,
beliau jatuh sakit lagi di idul fitri kali ini. Saya mengikuti ibadah sholat
ied secara saksama dimulai dari penyambutan jamaah oleh saya selaku anggota
‘semu’ remaja masjid Nurul Huda, karena ada teman yang mengajak dan tidak tega
mereka ditinggal hanya berdua di jajaran sebelah barat pintu gerbang utara,
Zaki dan Fauzi; sampai dengan berakhirnya khutbah.
Khutbah sholat Ied waktu itu disampaikan oleh Pak Kiai
Emod dari Blok Pabrik, khotib favorit saya di Desa Garawangi ini. Beliau dengan
biasanya menyampaikan materi dengan berapi-api. Ketika itu beliau menyampaikan
materi yang mainstream di momen idul fitri berkenaan Ramadan yang sudah berlalu
dan memaknai hari raya idul fitri sebagai hari yang agung sebagai bentuk rasa
syukur kepada Allah SWT. Ada satu momen yang beliau sampaikan waktu itu sampai
saya menitikkan air mata yakni ketika beliau menegaskan dengan gaya khasnya
bahwa doa-doa, harapan dan keinginan yang dipanjatkan di bulan Ramadan pasti
akan di ijabah oleh Allah SWT, lalu saya teringat beberapa harapan dan
cita-cita yang saya panjatkan waktu itu di bulan Ramadan, terutama untuk
menggapai mimpi besar saya dapat menginjakkan kaki dan menimba ilmu di negeri
Paman Sam, Amerika Serikat. Dengan penuh pengharapan saya memanjatkan doa
tersebut semoga Allah mengijabahnya dan membukakan jalan seorang anak kampung
dan pemimpi ini untuk bisa menuju kesana. Aminnn….Yaa Robbal Alamin….
Setelah sholat Ied selesai saya bergegas pulang untuk
bermuhasabah dengan keluarga di rumah dan para tetangga. Dengan berurai air
mata saya peluk ibu yang saat itu sedang terbaring sakit untuk meminta maaf
atas segala kesalahan dan kekhilafan saya pada beliau, saya juga meminta doa
untuk bisa dilancarkan pendidikan S1 saya yang tinggal 1 tahun lagi; dan semoga
segala apa yang saya cita-citakan tercapai termasuk membawa beliau umrah
bersama ke Baitullah, Mekkah Al Mukarromah.
Selanjutnya adalah ziarah ke makam seperti biasa saya
yang memimpin tahlilnya. Setelah dari makam mungkin tak ada yang spesial lagi
karena setelah itu saya beserta rombongan keluarga langsung ke rumah untuk
menerima tamu yang silih berdatangan, entah itu tetangga sekitar, sanak saudara
dari Desa Pasayangan maupun yang dari Desa Garawangi sendiri.