Wednesday, May 25, 2016

Berbagi Pengalaman: Gagal SNMPTN, SBMPTN, dan SIMAK-UI tahun 2013.

Saya tak tahu harus memulai tulisan ini dari mana, karena berbeda dengan mereka yang berhasil dengan cerita kesuksesan lolos SNMPTN dan SBMPTN serta Ujian Mandiri lainnya, yang akan saya tuliskan adalah potret kegagalan yang semoga bisa menjadi pelajaran bagi adik-adik yang hendak melanjutkan ke PTN. Apalagi tes SBMPTN yang sebentar lagi akan dilaksanakan (31 Mei 2016)

Saya perkenalkan diri terlebih dulu, Nama saya Asep Saepulloh. Saya anak bungsu dari 3 bersaudara. Lulus SMA tahun 2013 dari SMAN 1 Garawangi, Kuningan Jawa Barat. Sebuah SMA di bagian timur Kuningan dan sekarang saya sedang menimba ilmu di Universitas Terbuka UPBJJ Bandung jurusan Perencanaan Wilayah Kota. 6 semester telah terselesaikan, Insya Allah target pertengahan tahun 2017 sudah bisa wisuda.

Mimpi besar sesungguhnya harus dibangun sedini mungkin. Bangunlah impianmu dan wujudkanlah, sebesar apapun. Tuhan tidak membatasi kita untuk bermimpi. Tetapi ingat ada 2 tipe pemimpi, sebagian orang yang hanya bermimpi dan tidak memiliki tekad untuk mewujudkannya dan ada sebagian orang yang bermimpi dan memiliki tekad kuat untuk mewujudkannya .

Mimpi besar saya waktu lulus MTs dan melanjutkan ke SMA sangat beragam. Ingin menjadi Akuntan dan berkuliah di STAN, Ingin menjadi seperti BJ Habibie dengan mengambil jurusan Teknik Mesin bukan di ITB melainkan di UI –saya menyadari PG di ITB itu terlalu besar dan persaingannya sangat ketat sekali hehehehe, dan terakhir adalah kecintaan saya pada ilmu kimia yang mengantarkan saya untuk ikut serta dalam Lomba OSN Bidang Kimia tingkat Kabupaten tahun 2012. Waktu itu saya masih kelas 2 SMA dan penjurusan juga sudah dimulai, saya mengambil jurusan IPA. 

Dari sejak saat kelas 2 SMA saya berkeinginan kuat untuk lanjut kuliah, walaupun sebenarnya keinginan untuk berkuliah sudah saya targetkan ketika mulai menginjakkan kaki di SMA namun masih belum spesifik. Saya targetkan untuk mengambil jurusan Teknik Kimia di Universitas Indonesia (UI) dan menerima beasiswa bidikmisi. Saya tidak memikirkan saya nanti lulus atau tidak pada saat tes, yang terpenting target sudah dipasang tinggal saya bersungguh-sungguh dalam mengejar target tersebut. Ingat terhadap 2 tipe pemimpi diatas yang sudah saya tulis.

Kakak saya bersikukuh agar saya mengambil keperawatan mentang-mentang dia seorang bidan, saya tidak menggubris terhadap hal itu. Ini hidup kita, kita yang menentukan segalanya, hanya kita yang mengerti diri kita sendiri, kemauan kita untuk maju dan berkembang ditentukan oleh diri sendiri bukan oleh orang lain walaupun itu adalah saudara sendiri. Saya hanya meyakinkan pada beliau ini adalah pilihan saya dan akan berjuang untuk itu dan berusaha mendapatkan beasiswa bidikmisi. Saya tertarik untuk mengambil jurusan teknik ketika kuliah nanti.

Orangtua juga hanya bisa mendoakan yang terbaik bagi anaknya. Ayah saya meninggal dunia karena serangan jantung menjelang saya naik kelas 3, pada saat itu ketika hari pertama Ujian Akhir Semester 2. Saya sangat merasa terpukul akan hal itu, karena harus menjalani hari-hari tanpa bapak yang selalu mensupport saya sepanjang waktu terlebih untuk karir pendidikan. Mimpi terbesar bapak saat itu adalah ingin melihat anaknya menjadi seorang PNS. Saya mencoba mewujudkan keinginan bapak itu dengan semangat juang menembus batas bisa terus bersekolah sehabis lulus SMA.
Hanya tinggal kepada Ibu saja saya meminta doa restu untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi, dan Alhamdulillah beliau juga mengamini. Saya juga sempat bicara dengan beliau

“Ma, sejujurnya saya menargetkan tidak hanya bisa lulus S1 saja. Jika Allah mengijinkan saya untuk terus lanjut sekolah, saya akan terus lanjut sekolah. Terlebih jika ada kesempatan untuk dapat menimba ilmu sampai ke luar negeri, saya akan berjuang demi hal itu. Sekolah itu bukan orientasi mencari kerja tetapi untuk mencari ilmu, yang bisa diamalkan untuk kemaslahatan umat dan kemajuan bangsa. Mumpung masih muda (Ketika itu saya berumur 18 tahun), saya akan berusaha semaksimal mungkin mewujudkan keinginan, harapan dan cita-cita.”

“Iya nak, mama hanya bisa berdoa yang terbaik buat kamu, buat karir dan pendidikanmu. Jikalau nanti kamu pergi keluar negeri untuk menimba ilmu disana, mama juga ikhlas akan hal tersebut.”

Begitulah sepenggal obrolan santai saya dengan ibu sebelum saya melanjutkan sekolah S1.
Satu tahun berselang setelah selesai UN, saya direkomendasikan guru BK untuk mendapatkan beasiswa bidikmisi setelah mengetahui nilai saya di sekolah, keadaan ekonomi serta prestasi memenuhi kriteria yang ditetapkan bidikmisi. Rezeki dari Allah memang tidak disangka-sangka datangnya. Saya bergegas memenuhi persyaratan yang diminta dan melengkapi form di laman bidikmisi guna mendaftar SNMPTN dan SBMPTN serta SIMAK-UI.

Pendaftaran SNMPTN dibuka, pihak sekolah mengkoordinir semua siswa agar mendaftar SNMPTN yang secara gratis karena penilaiannya didasarkan pada nilai raport dan prestasi yang pernah didapat. Saya masih ingat waktu itu Pak H. Ikhsan Santosa yg menjadi Koordinator.

Sebelum mendaftar SNMPTN saya sempat konsultasi ke guru kimia, Pak Oom Suwarsono, mengenai Teknik Kimia UI. Beliau mengatakan “Itu jurusan favorit di Universitas favorit juga, banyak-banyaklah berdoa sep. Persaingan pasti ketat. Belum ada alumni kita yang berhasil menembus UI. Semoga lolos SNMPTN nya, jangan khawatir kalau tidak lolos juga masih ada SBMPTN”, juga saya berkonsultasi ke Pak H. Suhadi, wali kelas yang kebetulan guru biologi mengenai jurusan Biosistem di IPB, “Jurusan itu bukan teknik mesin murni sep, melainkan merger antara pengetahuan biologi dan teknik mesin. Ya namanya juga IPB pasti lebih condong ke Argiculture nya”

FYI: SBMPTN pertama kali dibuka pada angkatan saya di tahun 2013. Jadi, SNMPTN tidak tes tulis lagi melainkan menetapkan kriteria penilaian yang diambil dari nilai raport kelas 1-3 dan prestasi yang pernah diraih baik intra maupun ekstrakulikuler.

SNMPTN

Saya daftar SNMPTN dengan KAP dan PIN bidikmisi, sehingga otomatis ketika kartu tercetak tertera mahasiswa pemohon bidikmisi. Dengan membaca basmalah saya tetapkan mengambil jurusan Teknik Kimia dan Teknologi Bioproses UI serta Teknologi Industri Pertanian dan Proteksi Tanaman IPB. Namun akhirnya saya gagal lolos, namun saya masih bisa bersyukur ada sekitar 15 orang di SMA saya yang lolos, diantaranya 3 teman sekelas lolos ngambil Teknik Lingkungan di UNDIP, Agroteknologi UIN SGD Bandung dan Teknik Sipil UNTIRTA, di IPA 2 ada sekitar 3 orang yang lolos ke UNJ, UPI dan UNDIP dan dari jurusan IPS ada yang lolos ke Kesejahteraan Sosial UNPAD yang kebetulan teman sedesa saya.
SNMPTN menyatakan saya tidak lulus

DAFTAR DI UT DAN MENGIKUTI TES DI TOYOTA

Sebelum berangkat ke Jakarta untuk tinggal bersama kakak dan mengikuti ujian SBMPTN dan SIMAK-UI, saya disarankan oleh pak H. Ikhsan untuk mendaftar di UT pada jurusan yang sedang dibuka sekarang khusus untuk mahasiswa bidikimisi. Pada saat itu sebenarnya insidental sekali karena saya distop oleh beliau ketika mau pulang sekolah. Kebetulan rumah saya tidak jauh dari sekolah, saya langsung mengisi formulirnya dan menyertakan pas foto serta berkas yang dibutuhkan. Selang beberapa hari, saya mendapat sms untuk mengikuti tes wawancara dari UT untuk mahasiswa bidikmisi jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota di Sanggar Kegiatan Belajar, Dinas Pendidikan di Sukamulya, Cigugur Kuningan.

Wawancara berlangsung sekitar 15 menit. Pewawancara adalah Kepala UPBJJ UT Bandung, Ibu Dina Thaib. Beliau menanyakan seputar keluarga, motivasi dan cita-cita saya ke depannya. Ada satu yang membuat saya pesimis untuk bisa diterima di UT (walaupun saya tidak memiliki rencana sama sekali untuk kuliah di Bandung khususnya di UT) yakni ketika beliau menanyakan “Sudah daftar kemana saja?”, lalu saya menceritakan bahwa saya gagal SNMPTN, sudah daftar SBMPTN dan rencana untuk mengikuti SIMAK-UI, jikalau gagal semua saya tidak memiliki opsi untuk kuliah dalam jangka pendek dan akan bekerja untuk sementara waktu –kebetulan saya pada waktu itu juga sudah mendaftar di SMK Auto Matsuda untuk tes masuk PT. Toyota Motor lewat info guru olahraga, Pak Rosid, ini juga insidental karena pada hari itu juga pendaftaran ditutup dan cukup membayar 25rb untuk biaya pendaftaran. Kembali lagi ke topik wawancara, diakhir penjelasan saya yang cukup detail itu, saya sempat bertanya “Apakah UT bersedia menerima saya apabila saya gagal di SBMPTN dan SIMAK-UI? Karena saya tidak bisa memastikan untuk bersedia kuliah di UT apabila saya diterima pada salah satu tes”, saya bertanya seperti itu karena setelah saya ketahui bahwa jadwal penutupan UT menerima mahasiswa bidikmisi itu adalah sebelum pengumuman SIMAK-UI. Jadi saya tidak bisa memastikan untuk kuliah disana apabila saya lolos SIMAK-UI. Lalu beliau menjawab “Mohon maaf untuk itu UT tidak bisa memastikan anda bisa diterima atau tidak” dalam artian bahwa aplikasi saya ditangguhkan untuk sementara waktu. Waduhhh, saya pasrah saja sama Allah. Dia tahu mana yang terbaik untuk saya. Yang terpenting saya sudah menghadiri wawancara sebagai bagian dari seleksi aja sudah bersyukur banget.

Tes masuk PT. Toyota Motor gagal dan saya harus mengubur harapan untuk bekerja sementara waktu apabila saya gagal dari semua tes masuk universitas selama ini. Karena hanya harapan inilah yang setidaknya mewakili saya untuk memiliki aktivitas setelah lulus (dalam artian tidak menganggur).

Leave Kuningan, Heading To Jakarta

Hari-hari berlalu, tiba saatnya untuk saya berangkat ke Jakarta, 5 hari sebelum tes hari pertama SBMPTN dimulai. Mengemas barang-barang yang akan dibawa. Mempersiapkan diri untuk menghadapi kerasnya persaingan di Ibukota serta tak lupa untuk meminta restu kepada orang tua. Saya meninggalkan Kuningan dengan semangat yang menggelora, permulaan titik perjuangan selanjutnya, dan untuk membuktikan semangat juang pemuda Kuningan yang sesungguhnya. Selamat tinggal kota kecilku, Kuningan!!!

SBMPTN

Hemat saya berfikir bahwa jikalau lolos SNMPTN tidak perlu lagi repot-repot persiapan untuk ujian tulis SBMPTN. Tapi akhirnya kegagalan di SNMPTN memaksa saya untuk mempersiapkan segalanya untuk SBMPTN. Segera setelah dibuka pendaftaran saya langsung daftar menggunakan KAP dan PIN bidikmisi lagi dan otomatis gratis dari uang pendaftaran. Dengan masih rasa penasaran dan keteguhan hati saya untuk tetap memilih jurusan yang sama dengan SNMPTN di prioritas pertama yaitu Teknik Kimia UI, kedua Teknologi Produksi Ternak IPB dan terakhir Teknik Mesin UI, walaupun kuota semakin menipis karena jatah SBMPTN ini sekitar 25%, lebih sedikit dibanding dengan SNMPTN yang menjaring 50% mahasiswa. Saya memilih lokasi ujian di Jakarta Timur karena rencana saya ke depan tinggal bersama kakak yang ada di Jakarta.  Kebetulan dapet di Ciracas, 3 kali naik angkot dari tempat kakak saya.

Saya menyadari akan kekurangan persiapan dan keterbatasan dalam mendapatkan referensi soal. Terbatas sekali, saya hanya belajar mandiri seadanya, walaupun dapat referensi dari Zenius.net yang lumayan membantu. Persiapan saya sangat acak adul pokoknya, hingga pengerjaan soal saya hanya mengisi sembarang, hanya beberapa soal yang mendapat perhatian lebih sementara sisanya hanya ‘menghitung kancing kemeja’ hingga tidak ada soal yang saya kosongkan satu pun. Padahal aturan menjawab Benar +4, Kosong 0 dan Salah -1 itu tetap diberlakukan tetapi saya pada saat itu sepertinya tidak peduli dengan hal tersebut karena di pikiran saya terlintas sudah yakin menjawab benar beberapa soal, dan masa bodo terhadap soal yang dijawab salah, masih bisa tertutupi ini lah. Stigma saya yang seperti itu akhirnya mengantarkan saya pada kegagalan yang kedua kalinya setelah SNMPTN. Saya membuat kecewa lagi orangtua dan saudara saya. Tapi saya percaya bahwa selalu ada hikmah di setiap kegagalan yang dialami.
SBMPTN juga menyatakan saya tidak lulus

SIMAK-UI

Saya mendaftar SIMAK tidak dengan KAP dan PIN bidikmisi dikarenakan pada waktu SIMAK belum dibuka, saya secara tidak sengaja memilih Ujian Mandiri di POLBAN, pada awalnya saya hanya coba-coba namun tidak bisa dirubah lagi, terpaksa saya harus daftar SIMAK reguler. Waktu itu biaya pendaftaran sekitar 300 ribu untuk mengambil 2 prodi dan selanjutnya dikenakan biaya 75 ribu untuk setiap prodi, maksimal mengambil 7 prodi. Waktu itu saya ngambil lagi Teknik Kimia dan Teknik Mesin. Kuota semakin menipis untuk diterima menjadi mahasiswa. Kalau gak salah waktu itu TekKim juga hanya menerima sekitar 25 mahasiswa pada jalur SIMAK ini. Alhamdulillah uang pendaftaran dikasih sama kakak, saya langsung transfer ke bagian administrasi UI nya. Saya mengambil lokasi tes di depok, kebetulan disana ada kakak nomor 2. Dari jatiwaringin saya langsung ke sawangan depok, 1 minggu sebelum ujian SIMAK dimulai saya mempersiapkan segalanya.
Hari-hari berlalu tibalah saatnya saya untuk bersiap-siap mengikuti tes SIMAK-UI. Tes berlangsung hanya satu hari. Tes terbagi dua yakni Kemampuan Dasar (Madas, B. Indonesia & B. Inggris) dan Kemampuan IPA (Matematika IPA, Kimia, Biologi, Fisika, IPA Terpadu). Perlu saya beritahu bahwa tes SIMAK ini kualifikasinya bukan mata pelajaran SMA lagi, wahhh bener benerr gilaa pokoknya. Sampe ada yang bilang bahwa bagian tes Bahasa inggris ini sering diujiankan di level S2. Sama SBMPTN beda jauh sekali dari mulai madas sampe materi IPA nya, di SIMAK ini ada yg namanya IPA Terpadu yang menuntut daya fikir kita antara pemahaman teori dengan kejadian sehari-hari. Saya gak bisa ngerampungin semua soal, bahkan dari tiap mata pelajaran eksak juga kira-kira hanya 2-3 soal yang bisa terisi. Saya pasrah pokoknya, diterima syukur, nggak juga gapapa lah. Padahal saya menargetkan minimal per mapel itu 5 soal bisa pada keisi namun akhirnya waktu keburu habis.
Pengumuman SIMAK akhirnya keluar setelah kurang lebih 2 minggu menunggu dan akhirnya saya dinyatakan tidak lulus pada tes SIMAK UI tahun 2013, menggenapkan hattrick ketidaklulusan saya pada Seleksi Masuk PTN.
SIMAK UI pun menyatakan saya tidak lulus juga

RIZKI itu datang ketika UT menelpon saya

Saya frustasi ketika seluruh tes masuk berakhir dengan kegagalan. Tapi saya masih percaya akan suatu keajaiban dari Allah atas hikmah dari semua kegagalan ini. Menunggu waktu 1 tahun untuk tes masuk PTN lagi membuat saya berpikir ulang untuk berkuliah di tahun depan. Rencana jangka pendek saya bilang bahwa saya harus berkuliah ketika pas lulus SMA dan target wisuda itu ketika umur 22 tahun. Pokoknya saya mau kuliah, saya mau jadi orang pinter dan bermanfaat di lingkungan sekitar.

Kakak menawarkan untuk kuliah di BSI yang kebetulan deket dari rumah, yang pastinya memakai biaya sendiri, juga dan ada rekannya yang menawarkan saya kerja di PT. AHM. Saya juga waktu itu sempat melengkapi berkas-berkas untuk dikirimkan ke PT. AHM itu. Saya tak biasa menulis surat lamaran pekerjaan hingga berakhir dengan terus-terusan revisi (mungkin juga psikologis saya yang masih down dan masih berkemauan kuat untuk kuliah). Ditengah melengkapi berkas lamaran tiba-tiba hp saya ada yang menelpon petugas dari kantor UPBJJ UT Bandung, bahwasannya menanyakan kepastian saya untuk masuk UT ataukah tidak. Dengan teramat sangat bahagia kesempatan itu akhirnya datang di detik-detik jelang ketidakpastian saya untuk memutuskan kuliah atau bekerja. Saya jawab dengan tegas saya siap masuk UT, lalu memberikan kesediaan kepada saya untuk melengkapi berkas bidikmisi yang kurang dan diminta datang langsung besok ke kantornya yang ada di Panyileukan, Kota Bandung. Besoknya, dari Terminal Kp. Rambutan Jakarta saya langsung bergegas menuju ke Bandung. Pengalaman pertama saya dari kota orang menuju ke kota orang lagi, berangkat sendiri dan hanya bermodalkan tekad untuk diterima di UT, waktu itu saya belum megang smartphone soalnya untuk bisa tracking lewat Google Maps.

Saya akhirnya diterima di Jurusan Perencanaan Wilayah Kota UPBJJ UT Bandung dengan sponsorship bidikmisi dari DIKTI sampai lulus S1. Sampai tulisan ini dibuat, saya sudah menyelesaikan 6 semester dan tinggal menunggu hasil UAS. Mimpi saya masih terus berkobar untuk menjadi seorang dosen dan memiliki rencana ke depan untuk lanjut studi Magister di ITB dan studi Doktor di University of Illinois – UC dengan sponsorship beasiswa LPDP. IPK saya Alhamdulillah sampai saat ini masih menunjukan tren positif dan memenuhi syarat untuk melamar beasiswa tersebut. Saya hanya perlu fokus dengan 2 semester yang tersisa.
Eksis dikiittt hehehe
Saya berfoto di depan Gedung UPBJJ UT Bandung
Foto diambil waktu semester 3, lagi culun-culunnya

Pada akhirnya impian kita akan terwujud dengan kerja keras kita sendiri. Kita harus percaya bahwa proses tidak akan mengkhianati hasil. Selaku manusia kita hanya dituntut untuk berikhtiar dan berdoa, soal hasil biar Sang Maha Adil, Allah SWT lah yang menentukannya.


Semoga tulisan saya ini bermanfaat dan menjadi motivasi bagi para pembaca dan bisa mengambil pelajaran dari pengalaman saya. Jikalau ada yang butuh referensi soal SIMAK, bisa langsung kontek saya via email saepulloh0548@gmail.com nanti saya uploadkan file nya, tapi mohon maaf untuk referensi SBMPTN, kebetulan saya angkatan pertama yang menyelenggarakan SBMPTN jadi saya juga mengambil dari tes-tes SNMPTN tulis terdahulu.

2 comments:

  1. Mantapp jiwaa!!!! Terima kasih ka atas informasinya dan Semangat! Pantang menyerah untuk kita semuaa seperti ka Asep heheee...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama Tsania
      Semangat teruss untuk meraih mimpi

      Delete