Saya tak
tahu harus memulai tulisan ini dari mana, karena berbeda dengan mereka yang
berhasil dengan cerita kesuksesan lolos SNMPTN dan SBMPTN serta Ujian Mandiri
lainnya, yang akan saya tuliskan adalah potret kegagalan yang semoga bisa
menjadi pelajaran bagi adik-adik yang hendak melanjutkan ke PTN. Apalagi tes
SBMPTN yang sebentar lagi akan dilaksanakan (31 Mei 2016)
Saya
perkenalkan diri terlebih dulu, Nama saya Asep Saepulloh. Saya anak bungsu dari
3 bersaudara. Lulus SMA tahun 2013 dari SMAN 1 Garawangi, Kuningan Jawa Barat.
Sebuah SMA di bagian timur Kuningan dan sekarang saya sedang menimba ilmu di
Universitas Terbuka UPBJJ Bandung jurusan Perencanaan Wilayah Kota. 6 semester
telah terselesaikan, Insya Allah target pertengahan tahun 2017 sudah bisa wisuda.
Mimpi besar
sesungguhnya harus dibangun sedini mungkin. Bangunlah impianmu dan wujudkanlah,
sebesar apapun. Tuhan tidak membatasi kita untuk bermimpi. Tetapi ingat ada 2
tipe pemimpi, sebagian orang yang hanya bermimpi dan tidak memiliki tekad untuk
mewujudkannya dan ada sebagian orang yang bermimpi dan memiliki tekad kuat
untuk mewujudkannya .
Mimpi besar
saya waktu lulus MTs dan melanjutkan ke SMA sangat beragam. Ingin menjadi
Akuntan dan berkuliah di STAN, Ingin menjadi seperti BJ Habibie dengan mengambil
jurusan Teknik Mesin bukan di ITB melainkan di UI –saya menyadari PG di ITB itu
terlalu besar dan persaingannya sangat ketat sekali hehehehe, dan terakhir
adalah kecintaan saya pada ilmu kimia yang mengantarkan saya untuk ikut serta
dalam Lomba OSN Bidang Kimia tingkat Kabupaten tahun 2012. Waktu itu saya masih
kelas 2 SMA dan penjurusan juga sudah dimulai, saya mengambil jurusan IPA.
Dari
sejak saat kelas 2 SMA saya berkeinginan kuat untuk lanjut kuliah, walaupun
sebenarnya keinginan untuk berkuliah sudah saya targetkan ketika mulai
menginjakkan kaki di SMA namun masih belum spesifik. Saya targetkan untuk
mengambil jurusan Teknik Kimia di Universitas Indonesia (UI) dan menerima
beasiswa bidikmisi. Saya tidak memikirkan saya nanti lulus atau tidak pada saat
tes, yang terpenting target sudah dipasang tinggal saya bersungguh-sungguh
dalam mengejar target tersebut. Ingat terhadap 2 tipe pemimpi diatas yang sudah
saya tulis.
Kakak saya
bersikukuh agar saya mengambil keperawatan mentang-mentang dia seorang bidan,
saya tidak menggubris terhadap hal itu. Ini hidup kita, kita yang menentukan
segalanya, hanya kita yang mengerti diri kita sendiri, kemauan kita untuk maju
dan berkembang ditentukan oleh diri sendiri bukan oleh orang lain walaupun itu
adalah saudara sendiri. Saya hanya meyakinkan pada beliau ini adalah pilihan
saya dan akan berjuang untuk itu dan berusaha mendapatkan beasiswa bidikmisi. Saya
tertarik untuk mengambil jurusan teknik ketika kuliah nanti.
Orangtua
juga hanya bisa mendoakan yang terbaik bagi anaknya. Ayah saya meninggal dunia
karena serangan jantung menjelang saya naik kelas 3, pada saat itu ketika hari
pertama Ujian Akhir Semester 2. Saya sangat merasa terpukul akan hal itu,
karena harus menjalani hari-hari tanpa bapak yang selalu mensupport saya
sepanjang waktu terlebih untuk karir pendidikan. Mimpi terbesar bapak saat itu adalah
ingin melihat anaknya menjadi seorang PNS. Saya mencoba mewujudkan keinginan
bapak itu dengan semangat juang menembus batas bisa terus bersekolah sehabis
lulus SMA.
Hanya
tinggal kepada Ibu saja saya meminta doa restu untuk melanjutkan ke pendidikan
tinggi, dan Alhamdulillah beliau juga mengamini. Saya juga sempat bicara dengan
beliau
“Ma, sejujurnya saya menargetkan tidak hanya
bisa lulus S1 saja. Jika Allah mengijinkan saya untuk terus lanjut sekolah,
saya akan terus lanjut sekolah. Terlebih jika ada kesempatan untuk dapat
menimba ilmu sampai ke luar negeri, saya akan berjuang demi hal itu. Sekolah
itu bukan orientasi mencari kerja tetapi untuk mencari ilmu, yang bisa
diamalkan untuk kemaslahatan umat dan kemajuan bangsa. Mumpung masih muda (Ketika itu saya berumur 18 tahun), saya akan berusaha semaksimal mungkin
mewujudkan keinginan, harapan dan cita-cita.”
“Iya nak, mama hanya bisa berdoa yang terbaik
buat kamu, buat karir dan pendidikanmu. Jikalau nanti kamu pergi keluar negeri
untuk menimba ilmu disana, mama juga ikhlas akan hal tersebut.”
Begitulah
sepenggal obrolan santai saya dengan ibu sebelum saya melanjutkan sekolah S1.
Satu tahun
berselang setelah selesai UN, saya direkomendasikan guru BK untuk mendapatkan
beasiswa bidikmisi setelah mengetahui nilai saya di sekolah, keadaan ekonomi
serta prestasi memenuhi kriteria yang ditetapkan bidikmisi. Rezeki dari Allah
memang tidak disangka-sangka datangnya. Saya bergegas memenuhi persyaratan yang
diminta dan melengkapi form di laman bidikmisi guna mendaftar SNMPTN dan SBMPTN
serta SIMAK-UI.
Pendaftaran
SNMPTN dibuka, pihak sekolah mengkoordinir semua siswa agar mendaftar SNMPTN
yang secara gratis karena penilaiannya didasarkan pada nilai raport dan
prestasi yang pernah didapat. Saya masih ingat waktu itu Pak H. Ikhsan Santosa
yg menjadi Koordinator.
Sebelum
mendaftar SNMPTN saya sempat konsultasi ke guru kimia, Pak Oom Suwarsono,
mengenai Teknik Kimia UI. Beliau mengatakan “Itu
jurusan favorit di Universitas favorit juga, banyak-banyaklah berdoa sep.
Persaingan pasti ketat. Belum ada alumni kita yang berhasil menembus UI. Semoga
lolos SNMPTN nya, jangan khawatir kalau tidak lolos juga masih ada SBMPTN”, juga
saya berkonsultasi ke Pak H. Suhadi, wali kelas yang kebetulan guru biologi
mengenai jurusan Biosistem di IPB, “Jurusan
itu bukan teknik mesin murni sep, melainkan merger antara pengetahuan biologi
dan teknik mesin. Ya namanya juga IPB pasti lebih condong ke Argiculture nya”
FYI: SBMPTN
pertama kali dibuka pada angkatan saya di tahun 2013. Jadi, SNMPTN tidak tes
tulis lagi melainkan menetapkan kriteria penilaian yang diambil dari nilai
raport kelas 1-3 dan prestasi yang pernah diraih baik intra maupun
ekstrakulikuler.
SNMPTN
Saya daftar
SNMPTN dengan KAP dan PIN bidikmisi, sehingga otomatis ketika kartu tercetak
tertera mahasiswa pemohon bidikmisi. Dengan membaca basmalah saya tetapkan
mengambil jurusan Teknik Kimia dan Teknologi Bioproses UI serta Teknologi
Industri Pertanian dan Proteksi Tanaman IPB. Namun akhirnya saya gagal lolos,
namun saya masih bisa bersyukur ada sekitar 15 orang di SMA saya yang lolos,
diantaranya 3 teman sekelas lolos ngambil Teknik Lingkungan di UNDIP, Agroteknologi
UIN SGD Bandung dan Teknik Sipil UNTIRTA, di IPA 2 ada sekitar 3 orang yang
lolos ke UNJ, UPI dan UNDIP dan dari jurusan IPS ada yang lolos ke
Kesejahteraan Sosial UNPAD yang kebetulan teman sedesa saya.
|
SNMPTN menyatakan saya tidak lulus |
DAFTAR DI UT DAN MENGIKUTI TES DI TOYOTA
Sebelum
berangkat ke Jakarta untuk tinggal bersama kakak dan mengikuti ujian SBMPTN dan
SIMAK-UI, saya disarankan oleh pak H. Ikhsan untuk mendaftar di UT pada jurusan
yang sedang dibuka sekarang khusus untuk mahasiswa bidikimisi. Pada saat itu
sebenarnya insidental sekali karena saya distop oleh beliau ketika mau pulang
sekolah. Kebetulan rumah saya tidak jauh dari sekolah, saya langsung mengisi
formulirnya dan menyertakan pas foto serta berkas yang dibutuhkan. Selang
beberapa hari, saya mendapat sms untuk mengikuti tes wawancara dari UT untuk mahasiswa
bidikmisi jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota di Sanggar Kegiatan Belajar,
Dinas Pendidikan di Sukamulya, Cigugur Kuningan.
Wawancara
berlangsung sekitar 15 menit. Pewawancara adalah Kepala UPBJJ UT Bandung, Ibu
Dina Thaib. Beliau menanyakan seputar keluarga, motivasi dan cita-cita saya ke
depannya. Ada satu yang membuat saya pesimis untuk bisa diterima di UT
(walaupun saya tidak memiliki rencana sama sekali untuk kuliah di Bandung
khususnya di UT) yakni ketika beliau menanyakan “Sudah daftar kemana saja?”, lalu saya menceritakan bahwa saya
gagal SNMPTN, sudah daftar SBMPTN dan rencana untuk mengikuti SIMAK-UI, jikalau
gagal semua saya tidak memiliki opsi untuk kuliah dalam jangka pendek dan akan
bekerja untuk sementara waktu –kebetulan saya pada waktu itu juga sudah
mendaftar di SMK Auto Matsuda untuk tes masuk PT. Toyota Motor lewat info guru
olahraga, Pak Rosid, ini juga insidental karena pada hari itu juga pendaftaran
ditutup dan cukup membayar 25rb untuk biaya pendaftaran. Kembali lagi ke topik
wawancara, diakhir penjelasan saya yang cukup detail itu, saya sempat bertanya “Apakah UT bersedia menerima saya apabila
saya gagal di SBMPTN dan SIMAK-UI? Karena saya tidak bisa memastikan untuk
bersedia kuliah di UT apabila saya diterima pada salah satu tes”, saya
bertanya seperti itu karena setelah saya ketahui bahwa jadwal penutupan UT
menerima mahasiswa bidikmisi itu adalah sebelum pengumuman SIMAK-UI. Jadi saya
tidak bisa memastikan untuk kuliah disana apabila saya lolos SIMAK-UI. Lalu
beliau menjawab “Mohon maaf untuk itu UT
tidak bisa memastikan anda bisa diterima atau tidak” dalam artian bahwa
aplikasi saya ditangguhkan untuk sementara waktu. Waduhhh, saya pasrah saja
sama Allah. Dia tahu mana yang terbaik untuk saya. Yang terpenting saya sudah
menghadiri wawancara sebagai bagian dari seleksi aja sudah bersyukur banget.
Tes masuk
PT. Toyota Motor gagal dan saya harus mengubur harapan untuk bekerja sementara
waktu apabila saya gagal dari semua tes masuk universitas selama ini. Karena hanya
harapan inilah yang setidaknya mewakili saya untuk memiliki aktivitas setelah
lulus (dalam artian tidak menganggur).
Leave
Kuningan, Heading To Jakarta
Hari-hari
berlalu, tiba saatnya untuk saya berangkat ke Jakarta, 5 hari sebelum tes hari
pertama SBMPTN dimulai. Mengemas barang-barang yang akan dibawa. Mempersiapkan
diri untuk menghadapi kerasnya persaingan di Ibukota serta tak lupa untuk
meminta restu kepada orang tua. Saya meninggalkan Kuningan dengan semangat yang
menggelora, permulaan titik perjuangan selanjutnya, dan untuk membuktikan
semangat juang pemuda Kuningan yang sesungguhnya. Selamat tinggal kota kecilku,
Kuningan!!!
SBMPTN
Hemat saya
berfikir bahwa jikalau lolos SNMPTN tidak perlu lagi repot-repot persiapan
untuk ujian tulis SBMPTN. Tapi akhirnya kegagalan di SNMPTN memaksa saya untuk
mempersiapkan segalanya untuk SBMPTN. Segera setelah dibuka pendaftaran saya
langsung daftar menggunakan KAP dan PIN bidikmisi lagi dan otomatis gratis dari
uang pendaftaran. Dengan masih rasa penasaran dan keteguhan hati saya untuk
tetap memilih jurusan yang sama dengan SNMPTN di prioritas pertama yaitu Teknik
Kimia UI, kedua Teknologi Produksi Ternak IPB dan terakhir Teknik Mesin UI,
walaupun kuota semakin menipis karena jatah SBMPTN ini sekitar 25%, lebih
sedikit dibanding dengan SNMPTN yang menjaring 50% mahasiswa. Saya memilih
lokasi ujian di Jakarta Timur karena rencana saya ke depan tinggal bersama
kakak yang ada di Jakarta. Kebetulan
dapet di Ciracas, 3 kali naik angkot dari tempat kakak saya.
Saya
menyadari akan kekurangan persiapan dan keterbatasan dalam mendapatkan
referensi soal. Terbatas sekali, saya hanya belajar mandiri seadanya, walaupun
dapat referensi dari Zenius.net yang lumayan membantu. Persiapan saya sangat
acak adul pokoknya, hingga pengerjaan soal saya hanya mengisi sembarang, hanya
beberapa soal yang mendapat perhatian lebih sementara sisanya hanya ‘menghitung
kancing kemeja’ hingga tidak ada soal yang saya kosongkan satu pun. Padahal
aturan menjawab Benar +4, Kosong 0 dan Salah -1 itu tetap diberlakukan tetapi
saya pada saat itu sepertinya tidak peduli dengan hal tersebut karena di
pikiran saya terlintas sudah yakin menjawab benar beberapa soal, dan masa bodo terhadap
soal yang dijawab salah, masih bisa tertutupi ini lah. Stigma saya yang seperti
itu akhirnya mengantarkan saya pada kegagalan yang kedua kalinya setelah
SNMPTN. Saya membuat kecewa lagi orangtua dan saudara saya. Tapi saya percaya
bahwa selalu ada hikmah di setiap kegagalan yang dialami.
|
SBMPTN juga menyatakan saya tidak lulus |
SIMAK-UI
Saya
mendaftar SIMAK tidak dengan KAP dan PIN bidikmisi dikarenakan pada waktu SIMAK
belum dibuka, saya secara tidak sengaja memilih Ujian Mandiri di POLBAN, pada
awalnya saya hanya coba-coba namun tidak bisa dirubah lagi, terpaksa saya harus
daftar SIMAK reguler. Waktu itu biaya pendaftaran sekitar 300 ribu untuk
mengambil 2 prodi dan selanjutnya dikenakan biaya 75 ribu untuk setiap prodi,
maksimal mengambil 7 prodi. Waktu itu saya ngambil lagi Teknik Kimia dan Teknik
Mesin. Kuota semakin menipis untuk diterima menjadi mahasiswa. Kalau gak salah
waktu itu TekKim juga hanya menerima sekitar 25 mahasiswa pada jalur SIMAK ini.
Alhamdulillah uang pendaftaran dikasih sama kakak, saya langsung transfer ke
bagian administrasi UI nya. Saya mengambil lokasi tes di depok, kebetulan
disana ada kakak nomor 2. Dari jatiwaringin saya langsung ke sawangan depok, 1
minggu sebelum ujian SIMAK dimulai saya mempersiapkan segalanya.
Hari-hari
berlalu tibalah saatnya saya untuk bersiap-siap mengikuti tes SIMAK-UI. Tes
berlangsung hanya satu hari. Tes terbagi dua yakni Kemampuan Dasar (Madas, B.
Indonesia & B. Inggris) dan Kemampuan IPA (Matematika IPA, Kimia, Biologi,
Fisika, IPA Terpadu). Perlu saya beritahu bahwa tes SIMAK ini kualifikasinya
bukan mata pelajaran SMA lagi, wahhh bener benerr gilaa pokoknya. Sampe ada
yang bilang bahwa bagian tes Bahasa inggris ini sering diujiankan di level S2.
Sama SBMPTN beda jauh sekali dari mulai madas sampe materi IPA nya, di SIMAK
ini ada yg namanya IPA Terpadu yang menuntut daya fikir kita antara pemahaman
teori dengan kejadian sehari-hari. Saya gak bisa ngerampungin semua soal,
bahkan dari tiap mata pelajaran eksak juga kira-kira hanya 2-3 soal yang bisa
terisi. Saya pasrah pokoknya, diterima syukur, nggak juga gapapa lah. Padahal
saya menargetkan minimal per mapel itu 5 soal bisa pada keisi namun akhirnya
waktu keburu habis.
Pengumuman
SIMAK akhirnya keluar setelah kurang lebih 2 minggu menunggu dan akhirnya saya
dinyatakan tidak lulus pada tes SIMAK UI tahun 2013, menggenapkan hattrick ketidaklulusan saya pada
Seleksi Masuk PTN.
|
SIMAK UI pun menyatakan saya tidak lulus juga |
RIZKI itu datang ketika UT menelpon saya
Saya
frustasi ketika seluruh tes masuk berakhir dengan kegagalan. Tapi saya masih
percaya akan suatu keajaiban dari Allah atas hikmah dari semua kegagalan ini.
Menunggu waktu 1 tahun untuk tes masuk PTN lagi membuat saya berpikir ulang
untuk berkuliah di tahun depan. Rencana jangka pendek saya bilang bahwa saya
harus berkuliah ketika pas lulus SMA dan target wisuda itu ketika umur 22
tahun. Pokoknya saya mau kuliah, saya mau jadi orang pinter dan bermanfaat di
lingkungan sekitar.
Kakak
menawarkan untuk kuliah di BSI yang kebetulan deket dari rumah, yang pastinya
memakai biaya sendiri, juga dan ada rekannya yang menawarkan saya kerja di PT.
AHM. Saya juga waktu itu sempat melengkapi berkas-berkas untuk dikirimkan ke
PT. AHM itu. Saya tak biasa menulis surat lamaran pekerjaan hingga berakhir
dengan terus-terusan revisi (mungkin juga psikologis saya yang masih down dan
masih berkemauan kuat untuk kuliah). Ditengah melengkapi berkas lamaran
tiba-tiba hp saya ada yang menelpon petugas dari kantor UPBJJ UT Bandung,
bahwasannya menanyakan kepastian saya untuk masuk UT ataukah tidak. Dengan
teramat sangat bahagia kesempatan itu akhirnya datang di detik-detik jelang
ketidakpastian saya untuk memutuskan kuliah atau bekerja. Saya jawab dengan
tegas saya siap masuk UT, lalu memberikan kesediaan kepada saya untuk
melengkapi berkas bidikmisi yang kurang dan diminta datang langsung besok ke
kantornya yang ada di Panyileukan, Kota Bandung. Besoknya, dari Terminal Kp.
Rambutan Jakarta saya langsung bergegas menuju ke Bandung. Pengalaman pertama
saya dari kota orang menuju ke kota orang lagi, berangkat sendiri dan hanya
bermodalkan tekad untuk diterima di UT, waktu itu saya belum megang smartphone
soalnya untuk bisa tracking lewat Google Maps.
Saya
akhirnya diterima di Jurusan Perencanaan Wilayah Kota UPBJJ UT Bandung dengan
sponsorship bidikmisi dari DIKTI sampai lulus S1. Sampai tulisan ini dibuat,
saya sudah menyelesaikan 6 semester dan tinggal menunggu hasil UAS. Mimpi saya
masih terus berkobar untuk menjadi seorang dosen dan memiliki rencana ke depan
untuk lanjut studi Magister di ITB dan studi Doktor di University of Illinois –
UC dengan sponsorship beasiswa LPDP. IPK saya Alhamdulillah sampai saat ini
masih menunjukan tren positif dan memenuhi syarat untuk melamar beasiswa tersebut.
Saya hanya perlu fokus dengan 2 semester yang tersisa.
|
Eksis dikiittt hehehe
Saya berfoto di depan Gedung UPBJJ UT Bandung
Foto diambil waktu semester 3, lagi culun-culunnya |
Pada
akhirnya impian kita akan terwujud dengan kerja keras kita sendiri. Kita harus
percaya bahwa proses tidak akan mengkhianati hasil. Selaku manusia kita hanya
dituntut untuk berikhtiar dan berdoa, soal hasil biar Sang Maha Adil, Allah SWT
lah yang menentukannya.
Semoga
tulisan saya ini bermanfaat dan menjadi motivasi bagi para pembaca dan bisa mengambil
pelajaran dari pengalaman saya. Jikalau ada yang butuh referensi soal SIMAK,
bisa langsung kontek saya via email saepulloh0548@gmail.com nanti saya uploadkan file nya, tapi mohon maaf untuk referensi SBMPTN,
kebetulan saya angkatan pertama yang menyelenggarakan SBMPTN jadi saya juga
mengambil dari tes-tes SNMPTN tulis terdahulu.